LEBIH BAIK SEDIKIT TAPI CUKUP DARIPADA BANYAK TAPI KURANG

Saya mengangguk-angguk setuju saat membaca tulisan di atas pada kaos Joger yang dipakai seseorang di depan saya suatu hari ketika mengantri busway. Kalimat itu persis menggambarkan perasaan bersalah saya sekarang. Sudah lama saya merasa terlalu banyak barang dalam kamar saya. Idealnya ketika saya membawa satu barang baru ke dalam kamar, saya harus merelakan satu barang lain yang sejenis untuk dibuang.

Dulu saya adalah tipe orang yang memakai alas kaki, tas, hingga ikat rambut yang sama setiap hari, ke manapun, dalam acara apapun, dan saat memakai baju warna apapun. Dan saya baru akan berganti barang hanya jika barang yang lama sudah benar-benar rusak.

Tapi setelah lebih dari 3 tahun tinggal di Jakarta raya ini saya mulai ikut arus. Sekarang saya punya lebih dari 10 pasang sepatu & sandal, lebih dari 10 tas beraneka warna dan bentuk, sampai lebih dari 10 warna ikat rambut. Semuanya untuk dicocokkan dengan jenis kegiatan yang akan saya lakukan, warna baju yang akan saya pakai, sampai ke mood saya hari itu.

Dibandingkan dengan teman-teman kampus saya yang seakan-akan memakai baju baru setiap hari, saya memang masih jauuuuh tidak modis, jauuuuh tidak memperhatikan penampilan. Teman-teman dekat saya bahkan hapal isi lemari saya (karena setiap kali saya memakai baju yang benar-benar baru mereka langsung komentar,”Baru nih?”). Tapi...entahlah, tetap saja saya merasa bersalah. Karena semakin sering saya membeli lebih banyak barang, justru saya semakin merasa kekurangan. Ingin lagi dan lagi!

Dan saya mulai...stress! Saya percaya bahwa pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan itu cenderung negatif. Dan sekarang saya stress karena rasanya saya punya terlalu banyak barang! Saya terlalu sering membeli barang. Saya terlalu banyak menghabiskan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih berguna. (Well, satu-satunya jenis barang yang masih terampuni dari penuhnya kamar dan lemari saya mungkin hanyalah semakin banyaknya buku yang tak muat lagi di rak)
Saya semakin stress ketika bepergian dan melihat begitu banyak orang di Jakarta ini yang bahkan tak punya uang untuk makan (di saat yang sama saya akan pergi ke mall membeli tas/baju lagi). Jadi selain berpikir 2 kali setiap kali akan membeli barang (yang bukan makanan), saat ini saya sedang berpikir bagaimana caranya memindahkan isi lemari saya ke tangan-tangan yang benar-benar membutuhkan. Anyone could help? :)

Comments

Anonymous said…
salam kenal mbk,

mbk sma 3 juga ya? wah berarti kakak kelas sy nih, he he, sy tau mbk dari mas novardha :D

mo izin jalan2 dulu di blog ini

bila berkenan mampir kembali ya mbk

----

btw, sy jg g modis, gimana y mbk biar modis? :D

Popular Posts