THANX FOR THE JEW!


“Yahudi telah dan selalu akan menjadi orang pilihan!”
(kata-kata Peter van Daan dalam percakapannya dengan Anne Frank)

Bagi saya, di muka bumi ini tidak ada bangsa yang lebih misterius daripada Yahudi.
Membaca tentang mereka, ternyata mengundang berbagai rasa di saat yang berbeda.
Membaca tentang kaum ini dalam Holy Qur’an dan Holy Bible akan mendatangkan rasa kesal. Tapi siapapun akan sedih dan iba saat mengetahui bagaimana Nazi membantai jutaan dari mereka, (sekaligus juga membuat saya marah dan berteriak dalam hati,”Hell for Hitler!”)

Namun Yahudi juga mendatangkan decak kagum, karena membaca sejarah Ras Semit ini berarti juga membaca kisah kecerdasan manusia.
Einstein dan Anne Frank baru dua dari ribuan bukti keberadaan otak-otak jenius ini.
Membaca The Diary of Anne Frank membuat saya mengerti bagaimana mereka bisa sebrilian itu. Lebih jauh, diary ini membuat saya terkagum-kagum akan keberanian dan kekuatan manusia menghadapi penderitaan.
Semua orang Yahudi di seluruh daratan Eropa, terutama di Jerman dan Belanda saat itu tahu bahwa hanya tinggal menunggu waktu saja masing-masing dari mereka akan mati disiksa. Cepat atau lambat.

Selama dua tahun, dibantu dua warga Belanda, Miep Gies dan Elisabeth Voskuijl, Keluarga Yahudi Frank dan van Daan, bersembunyi di sebuah tempat yang dinamakan Anne : The Secret Annex.
Namun kehidupan mereka dalam persembunyian itu sama sekali tidak menampakkan tanda seakan-akan mereka sedang bersiap-siap menghadapi kematian. Setiap hari mereka berbicara tentang apa saja yang akan mereka lakukan setelah perang berakhir. Dan karena optimisme itu mereka semua menghabiskan waktu dalam Secret Annex dengan...belajar!

Dalam diary-nya, Anne menceritakan apa saja yang ia pelajari dalam sehari :
Menerjemahkan bagian satu bagian peperangan terakhir Nelson dari bahasa Belanda ke Inggris. Membaca lagi Perang di Utara yang melibatkan Peter Agung, Charles XII, Stainslaus Leczinsky,... Lalu berpindah ke Brazil, aku akan membaca tembakau Bahia, kopi yang melimpah, 1,5 juta penduduk Rio de Janeiro, dan terakhir Sungai Amazon. Selanjutnya tentang suku Negro, Mulatto, tingkat buta huruf tinggi, dan malaria. Karena masih memiliki waktu, aku mengamati diagram silsilah : John the Old, Henry Casimir I, William Louis...
Jam 12 : merangkum hasil belajarku, membaca mengenai para tetua, pendeta, menteri, dan wow...ternyata sudah jam satu. Berikutnya tentang Bible, kapal Nabi Nuh, Shem, Ham, dan Japheth. Berpindah lagi ke buku tes kemampuan bahasa Perancis, lalu berpindah lagi ke tema perbandingan antara Mississippi dan Missouri.
Malamnya membaca biografi Galileo Galilei, buku itu sudah harus dikembalikan ke perpustakaan. Lalu Palestine at the Crossroad.

Dan ini adalah hal-hal yang ia catat sebagai minatnya :
Stenografi Perancis, Inggris, Jerman, dan Belanda, sejarah, geografi, sejarah seni, sejarah Injil, sastra Belanda, mitologi Yunani dan Romawi, buku-buku sejarah, biografi, juga novel dan bacaan ringan.

Semua itu ia pelajari saat ia berusia 13 – 15 tahun!
Ah! Membuat saya malu karena sudah setua ini tapi saya hanya tahu sedikit-sedikit, belajar sedikit, dan akhirnya mengerti sedikit.
4 Agustus 1944 kedelapan penghuni Secret Annex ditangkap dan dipisahkan satu sama lain.
Ada yang meninggal di kamar gas, sementara yang lain meninggal karena kelaparan dan kelelahan di kamp konsentrasi.
Anne Frank meninggal karena epidemi tifus di kamp Bergen-Belsen, Hannover pada Februari 1945, pada usia 15 tahun.
Saya bertanya-tanya apakah pada akhirnya semua yang dipelajari dan ditulisnya berakhir sia-sia.
Tidak!
Gadis Yahudi 15 tahun itu telah ikut mengubah dunia. Ia adalah satu dari 100 Tokoh Abad Ini versi Majalah Times.
Catatan harian Anne Frank telah terjual lebih dari 30 juta eksemplar dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 60 bahasa.
Menjadikannya buku nonfiksi yang paling banyak dibaca di dunia setelah Injil.
Tulisannya adalah salah satu rekaman paling jujur tentang sisi-sisi gelap kemanusiaan yang tak pernah bisa dicari landasannya kecuali napsu untuk berkuasa.

Comments

Popular Posts